4 Cara Islami Hadapi Dahsyatnya Gempuran Modernisasi dan Globalisasi
By:

Tidak mudah memang menjadi orang baik. Tetapi semua orang dapat memilih menjadi orang baik. Namun memang lebih gampang menjadi orang buruk, penjahat, penganggur dan pemalas, karena tidak perlu perjuangan.
Ada-ada saja jalan menuju kemaksiatan dan selalu terbuka lebar di depan mata. Karena berhubungan dengan nafsu atau keinginan. Dan kini tempat kemaksiatan menjamur di mana-mana: di jalan-jalan utama, di kafe-kafe, di warung-warung atau rumah makan, di hotel-hotel, di panti pijat, night clube, tempat wisata, rekreasi dan hiburan. Bahkan di sembarang tempat bisa diadakan, cukup dengan alat komunikasi hand phone atau internet. Sekarang jodoh pun sudah terjadi lewat internet (media sosial). Bagaimana keadaan lima tahun atau sepuluh tahun mendatang? Tentunya akan lebih dahsyat dan mengerikan lagi.
Menghadapi dunia yang semakin panas ini, Rasulullah memberikan empat tip menuju kebaikan dan kebahagiaan melalui hadis yang berbunyi:
”Ada empat hal yang diberikan kepada manusia. Barang siapa yang dapat melaksanakannya, akan diberikan kebaikan dunia dan akhirat, yaitu : lisan yang berdzikir, hati yang bersyukur, badan yang sabar atas musibah dan istri shalihah yang tidak khianat kepada suami dan harta suaminya”. (HR. Thabrani)
Untuk penjelasannya dapat diuraikan sebagai berikut:
Pertama, manusia disuruh berperan sebagai pengingat atau penasehat. Lisan sebagai karunia Allah berfungsi mengingatkan diri sendiri dan orang lain. Lisan tidak mengucapkan kata-kata kecuali nasehat atau peringatan yang bersumber dari Kitab Allah dan Hadits Rasul. Allah berfirman : “Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.”(QS 88:21). Bertebaranlah ucapan-ucapan yang indah dan bermanfaat yang bisa didengarkan, direnungkan, dan dihayati untuk zikir atau ingat kepada Allah. Paling tidak tersebar berita-berita positif yang berisi kebaikan, bukan berita gosip apalagi fitnah.
Berita-berita gosip yang ditayangkan oleh beberapa stasion TV dalam acara selebritis sangat membahayakan pemirsa. Demikian pula lagu-lagu dan nyanyian yang berbau maksiat perlu ditinggalkan, sungguhpun menjadi komoditas orang banyak untuk menjadi terkenal. Seindah apapun nyanyian tidak termasuk kebaikan, karena Allah dan Rasul tidak pernah menyuruh umatnya untuk bernyanyi.
Bahkan nyanyian termasuk perkataan dan perbuatan yang harus dihindari oleh orang-orang mu’min. Sebab dapat melupakan Allah dan melupakan mati, ditambah adanya adegan/jogedan yang berbau maksiat. Allah berfirman:
“(Orang mu’min adalah…) dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,”(QS 23:3) “Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.”(QS 25: 72)
Hampir setiap hari televisi dan radio yang tersebar di nusantara ini lebih banyak menyuguhkan nyanyian, mungkin 80% untuk acara hiburan. Sehingga dampaknya hampir setiap hari mulut kita termasuk anak-anak kita tidak pernah sepi dari nyanyian, baik saat duduk, mandi, atau saat naik mobil. Orang betawi bilang: “Kemana tuh, perintah berdzikir yang berulang-ulang di dalam Alqur’an?” Kok, sampai-sampai tidak terdengar oleh telinga kita, tidak terlihat oleh mata kita, tidak dipedulikan oleh sikap kita dan tidak diamalkan oleh jiwa raga kita. Kalaupun perintah dzikir terdengar oleh telinga kita, barangkali masuk telinga kiri keluar lewat telinga kanan. Bersyukurlah kalau masih ada mobil bertuliskan “Full Zikir” atau “Full Shalawat Nabi” tidak bertuliskan “Full AC atau Full Music” sebagai pengingat bagi orang yang melihat dan membaca. Tetapi yang bertuliskan “Full Music” lebih banyak.
Kedua, manusia disuruh bersyukur, mensyukuri apa adanya. Kata yang mudah diucapkan tak semudah melaksanakannya. Bagaimana tidak, manusia mempunyai banyak keinginan apalagi perempuan, keinginannya selalu ada saja, dan tidak akan pernah puas dan berhenti kecuali oleh keadaan sakit atau mati. Keadaan pun terkadang disalahkan dan akhirnya stres.
Oleh karena itu, manusia agar tidak stres, mau tidak mau harus menerima apa yang ada (Qona’ah) atau istilah jawa “nrimo ing pandum”, Jika masih ada rasa terpaksa, ada keluh kesah, maka belum disebut orang yang sabar dan ikhlas. Orang yang sabar dan ikhlas pun belum disebut bersyukur kecuali disamping menyerahkan sepenuhnya segala persoalan kepada Allah, ia merasakan bahwa peristiwa yang menimpa dirinya adalah yang terbaik dan patut disyukuri.
Meskipun ia mendapatkan cobaan yang bertubu-tubi dan parah, ia riang gembira, menyambutnya dengan suka cita dan mengucapkan “alhamdulillah”. Karena ia berkeyakinan bahwa pada hakikatnya, musibah dan cobaan adalah penghormatan Allah kepada hamba-Nya yang dikehendaki untuk suatu kebaikan dan kemuliaan dan ada hikmah dibalik peristiwa itu. Makanya ia lalu bersujud syukur kepada Allah swt.
Ketiga, manusia disuruh sabar ketika tubuhnya menderita penyakit atau cacat fisik. Meskipun dalam keadaan sakit, semangatnya berkobar-kobar dan tidak merasakan adanya sakit. Ia terus berjuang melaksanakan amanat Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya tanpa keluh kesah. Sebagaimana Panglima Jendral Soedirman ketika memimpin perang melawan penjajah Belanda. Meskipun beliau sakit tetap berangkat perang dengan ditandu oleh kawan-kawannya. Cacat fisik tidak menjadi penghalang untuk sukses. Tidak sedikit contoh orang cacat yang sukses. Orang buta dari Korea selatan bisa memainkan piano begitu lincah mengalahkan mereka yang normal.
Menurut keterangan para ahli medis, orang sakit yang sabar akan cepat dan mudah sembuh dibanding orang sakit yang mengeluh. Bahkan pasien yang tidak sabar akan semakin parah penyakitnya, karena denyutan jantung yang tidak normal. Dan lebih parah lagi kalau si pasien tidak bisa mngendalikan emosi, marah-marah atau dibayang-bayangi rasa takut yang tidak beralasan.
Dari kacamata agama, orang sakit yang sabar mendapat ampunan dari Allah swt. Artinya dosa-dosa yang pernah dilakukannya di masa lalu dihapus oleh Allah swt yang tidak akan dapat diperoleh bagi orang-orang yang sehat. Meskipun mereka berkali-kali membaca istighfar, bahkan sampai menangis, kalau Allah belum mengampuni, mereka tetap berdosa. Sementara orang-orang sakit yang sabar meskipun tidak memohon ampunan kepada Allah, mereka tetap mendapat ampunan sesuai janji Allah swt. Itulah kemurahan Allah swt. Dan tidak dapat terbayangkan lagi balasannya jika yang sakit itu justru merasa dekat lalu sujud syukur keharibaan Ilahi. Subhanallah.
Keempat, mempunyai istri yang shalihah, istri yang tidak durhaka kepada suami, baik dengan cara khianat kepada diri sendiri atau khianat kepada suaminya. Istri adalah orang yang sudah berada di luar diri kita. Di dalam diri kita sendiri saja, untuk sadar pada jalan yang benar, menyadari serta mengamalkan kebaikan, kejujuran, kebenaran dan keadilan, tidaklah mudah. Padahal masih di bawah kendali kita, di bawah kemauan kita sendiri.
Apalagi orang di luar diri kita, seperti : istri. anak-anak, saudara-saudara dan orang lain. Hal ini menyangkut hidayah atau petunjuk dari Allah swt. Istri adalah jodoh kita. Yang menentukan jodoh Allah. Demikian pula yang menentukan shalihah tidaknya istri juga Allah. Kita hanya sebatas berusaha dan berdoa kepada-Nya agar mendapatkan jodoh atau istri yang shalihah atau kalau istri kita tidak shalihah kita ajak untuk berubah menjadi shalihah melalui bimbingan dan doa. Maka, bersyukurlah orang yang memiliki iman yang kuat yang dapat selalu konsisten pada jalan yang benar yang diridhoi oleh Allah swt meskipun hidup di zaman sekarang yang penuh dengan onar dan duri, penuh dengan semaraknya aneka bentuk kemaksiatan dan panorama kegelapan dan kedhaliman.
Lebih bersyukur lagi, jika mempunyai istri shalihah yang mungkin di era sekarang ini termasuk makhluk yang langka. Mungkin seribu orang satu atau seratus ribu orang satu. Tidak bisa dibayangkan, kaum lelaki yang kata Rasul diberi akal sembilan dan nafsu satu, tidak sedikit kaum lelaki yang tidak sanggup mengalahkan satu nafsu dengan akal sembilan.
Bagaimana dengan perempuan yang memiliki akal satu nafsu sembilan, Sungguh tantangan yang maha dahsyat. Maka, tidak heran kalau mendengar suami istri sering bertengkar, rumah tangga berakhir dengan perceraian, istri cerewet, banyak ngomel, keras kepala, suami tidak pegang uang marah-marah, minta cerai lagi. Kalau istri berpenghasilan lebih banyak dari suami, ia tidak lagi menghormati dan menghargai suami. Bahkan menghina dan mengejek. Dan seterusnya.
Dengan demikian untuk menuju kepada kebaikan dan kebahagiaan diperlukan perjuangan dan doa yang sungguh-sungguh dengan wawasan yang luas, kecerdasan yang prima, melalui tahapan dan proses yang panjang dan tetap konsisten sesuai dengan tip yang diberikan Rasulullah saw meskipun tantangan demi tantangan menghadang di depannya.
Sebagai renungan, ulama atau tokoh agama saja belum menjadi jaminan dapat melaksanakan empat tip di atas, apalagi orang umum, orang yang tidak berilmu. Sungguh akan jauh dari petunjuk Allah. Maka, belajarlah terus-menerus. Carilah ilmu sebanyak-banyaknya. Lalui proses kehidupan ini dengan selalu belajar mengambil hikmah. Wallahu a’lam bish-showabi.
Sumber: citizennews.suaramerdeka.com
Tidak ada komentar