Surga Diseberang Jalan


Oleh: Rahmat Hidayat

Nafasnya belum berhenti menderu. Bocah dekil itu baru saja berhasil meloloskan diri dari sergapan Satpol PP yang mencoba menangkapnya ketika mengemis di Simpang Lima Kota Para Sultan.

Namanya Saleh. Seorang piatu malang yang ayahnya dipasung karena gila menahun. Siang itu, usai berpetak umpet dengan polisi penegak perda,dia mencoba mengambil nafas di depan Baiturahman.

Kakinya tidak beralas. Kuku-kuku kakinya nyaris busuk dilamun ceumeukam yang menebar bau bangkai. Lalat berpesta pora di liang luka yang bernanah. Sungguh, hampir semua makhluk mencoba menggerogoti lelaki yang hanya sempat belajar baca tulis di kelas dua SD.

Dia, usai sang ibu menghadap Ilahi, diambil paksa oleh seorang jiran dan kemudian dilarikan ke kota yang dipimpin oleh Bunda. Di sana dia didera menjadi budak dan berseliweran dari jalan ke jalan sebagai pengemis. Sedangkan sang ayah yang lebih sering gila daripada warasnya, hanya bisa merindui bocah itu bila purnama tiba.

Di depan Baiturahman dia mematung. Kemudian meloncat-loncat kegirangan saat mesin-mesin besar menghantam bumi. Dia larut dalam kegembiraan. Selanjutnya lupa bahwa tadi nyaris saja dia akan mendapatkan ceramah gratis dari Bunda. Dia juga lupa sudah berapa kali perempuan berbaju lebar itu menceramahinya tentang moral dan etos kerja. Padahal saat demikian, dia sama sekali tak peduli. Di benaknya, andaikan penceramah perempuan itu memberikannya satu sepeda dan robot-robotan, sungguh ia akan sangat berterima kasih.

Dum..dum..dumm! Suara mesin yang memaku tiang ke tanah semakin membuatnya tenggelam dalam kegirangan. Tiap berdentum lagi, dia meloncat-loncat kegirangan diselingi tawa di atas trotoar sebelah selatan masjid. Lelahnya pun hilang.

Tentu ada alasan membuatnya riang bukan kepalang. Pada beberapa bulan lalu, saat sedang memelas di warung kopi, didengarnya banyak orang dengan bangga membicarakan pekarangan mesjid itu akan disulap dengan sangat indah dan sejuk seperti surga. Dan sejak itu dia tidak sabaran lagi melihat surga berkualitas tinggi berpayung-payung bidadari.

Bisingnya kesibukan di sebrang jalan itu mengeliat dengan serba cepat. Dia melihat Beko sedang mengeruk, tapi hanya setengah siku tangan beko terlihat karena terhalangi pagar seng yang kini melingkar di taman impiannya itu.

Siang ini matahari sangat terik. Dia menyudahi kegirangan.Sudah saatnya dia melaju untuk menyetor pedapatan hari ini pada Pak Kumis yang diserapahnya sebagai “hantu beula’u”

Lelaki jahannam namun tak pernah ditangkap oleh Satpol PP, pasti sedang menunggunya di “markas” dengan wajah garang. Dia sudah membayangkan akan mendapat dua lecutan tali pinggang, karena setorannya kurang hari ini.

Saat ingin berlari ke lorong-lorong Gampong Baro yang sesak. Ditatapnya mesin yang menghatam-hantam pancang ke tanah berkali-kali lagi, entah seberapa kokoh untuk sebuah surga. dia pun bergumam penuh harap dalam hati. “Tenang Saleh, sebentar lagi surga selesai dibuat, kita akan berlari-lari di surga. Dan engkau akan terbebas dari segala siksa” []

Sumber: acehtrend.co

Tidak ada komentar