Nabi Luth as. Adalah keponakan Nabi Ibrahim as Yang diutus oleh Allah kepada penduduk negeri Somod. penduduk negeri Somod melakukan suatu bentuk kemaksiatan terburuk (fahisyah) yang belum pernah dilakukan oleh jenis manusia sebelumnya. Selain musyrik kepada Allah, mereka melalukan aktivitas homo seksual (Gay) dan lesbian. Hubungan seks sejenis tidak bisa dibenarkan dalam keadaan apapun.
Menghadapi kaum semacam itu, Nabi Luth tidak menyerukan ajaran tauhid seperti ajakan nabi-nabi lainnya. Ini menunjukkan bahwa homoseksual merupakan penyimpangan yang sangat buruk yang harus diluruskan bersama dengan pelurusan akidah mereka. Tapi seruan Nabi Luth itu tidak digubris sama sekali oleh kaumnya. Mereka menganggap perbuatan yang mereka lakukan selama ini adalah sesuatu yang biasa dan normal.
Tidak ada alasan bagi siapapun untuk melarang dan mengatur aktifitas seksual mereka. Apalagi oleh seorang pendatang seperti Luth. Mereka juga menuding Nabi Luth sebagai orang yang bersikap sok suci dan mengancam akan mengusir Nabi Luth dan keluarganya jika tidak berhenti melarang apa yang selama ini mereka lakukan.
Sikap keras yang ditunjukkan penduduk Sodom tersebut tidak mematahkan semangat Nabi Luth. Selain menyerukan agar mereka menggauli istri-istri mereka dan tidak lagi berhubungan dengan sesama jenis, Nabi Luth juga mengajak kaumnya untuk meninggalkan kebiasaan mereka merampok dan berbuat kemungkaran (berkata cabul, berjudi dan mabuk-mabukan) di tempat-tempat umum.
Tahun demi tahun berlalu , tapi tidak seorangpun dari kaumnya yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka terus masygul dengan perbuatan keji tersebut. Penentangan mereka terhadap Nabi Luth pun semakin menjadi-jadi. Apalagi dalam menjalankan dakwahnya ini Nabi Luth tidak mendapat dukungan dari istrinya yang bergabung dengan para penentang Luth dan ikut mencela dakwah Nabi Luth. Sampai akhirnya, Penduduk negri itu menantang Nabi Luth untuk mendatangkan azab yang ia sampaikan, mereka berkata “Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.”
Melihat pengingkaran mereka yang dari hari ke hari semakin menjadi-jadi, serta mendengar kedurhakaan mereka terhadap Allah, hilanglah harapan Nabi Luth atas kaumnya. Dia pun bertawakkal kepada Allah dan meminta keselamatan atas azab yang kelak menimpa mereka. Allah swt. Lalu mengutus malaikan Jibril, Israfil, dan Mikail untuk menyampaikan kabar keada Nabi Luth perihal azab yang akan ditimpakan kepada kaumnya dalam waktu dekat.
Sebelum menemui Nabi Luth, para malaikat ini bertamu ke rumah Nabi Ibrahim. Lalu para malaikat keluar dari rumah Nbi Ibrahim menuju negeri Sodom di waktu Ashar. Pada saat bersamaan, salah seorang putri Nabi Luth sedang mengambil air di pinggir sungai. Ia terheran –heran melihat kehadiran beberapa orang pemuda berkulit putih dan berwajah tampan. Wujud fisik para malaikat ini sungguh mengagumkan dan mempesona setiap mata yang memandang. Salah seorang malaikat bertanya kepada putri kecil tersebut, “Wahai anak perempuan, apakah ada rumah disini untuk kami singgah?” seketika itu juga si kecil mengingat kebejatan penduduk negerinya. Dia meminta mereka menunggu di situ sampai ia datang bersama ayahnya.
Begitu mendengar kabar dari putrinya, Nabi Luth berkata kepada dirinya sendiri, “Ini adalah hari yang amat sulit.” Ia kemudian berlari menuju tamu-tamunya. Ketika Nabi Luth melihat wajah-wajah mereka yang asing, beliau merasa heran. Mereka pasti pendatang yang sedang dalam perjalanan jauh. Tapi wajah mereka tidak nampak letih dan tidak ada debu yang menempel di tubuh dan pakaian mereka. Saat ditanya siapakah mereka, mereka diam dan justru minta dijamu. Nabi Luth tersentak dan nampak malu mendengar permintaan tersebut.
Ia lalu berjalan memimpin pemuda-pemuda tadi menuju rumahnya. Di tengah perjalanan, Nabi Luth berhenti sambil menoleh ke arah mereka dan meminta mereka mengurungkan rencana bermalam di negerinya. “Saya belum mengetahui kaum yang lebih keji di muka bumi ini selain penduduk negeriku,” kata Nabi Luth. Tapi para pemuda itu seakan tidak peduli. Sepanjang perjalanan, Nabi Luth terus menceritakan kondisi kaumnya yng suka berbuat kerusakan dan menghinakan tamu-tamu mereka.
Tapi tamu-tamu itu tetap berjalan dalam keadaan membisu. Padahal Nabi Luth berharap mereka pergi meninggalkan negeri Sodom saat itu juga. Para tamu itu lalu dibawa ke suatu kebun hingga menjelang Maghrib. Saat gelap tiba, dalam keadaan was-was, Nabi Luth membawa ketiga tamu itu ke rumahnya. Tidak ada seorang pun penduduk kota yang melihat mereka. Hati Nabi Luth pun lega.
Tapi rupanya istri Luth mengetahui hal tersebut. Ia bergegas ke luar rumah dan memberitahukan para penduduk perihal kedatangan tiga orang pemuda rupawan. Belum lama Nabi Luth dan tamu-tamu itu berada di rumah, segerombolan orang berdatangan dan berteriak di depan pintu rumahnya. Nabi Luth bertanya kepada dirinya sendiri, “Siapa gerangan yang memberitahu mereka?” kemudian dia menoleh ke kanan dan ke kiri mencari istrinya, tapi ia tidak menemuinya.
Nabi Luth keluar menemui kaumnya yang berteriak-teriak meminta agar tamu-tamu itu diserahkan kepada mereka. Dia berkata, “Hai kaumku, inilah putri-putriku, mereka lebih suci bagi kamu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan terhadap tamu-tamuku. Tidak adakah di antara kamu seorang lelaki yang berakal?”
Mereka menjawab, “Sesungguhnya pasti engkau telah tahu bahwa kami tidak tidak mempunyai keinginan terhadap putri-putrimu, dan sesungguhnya engkau tentu mengetahui apa yang kami hendaki.
Nabi Luth berkata, “Seandainya aku mempunyai kekuatan atau kalau aku dapat berlindung kepada kelompok yang kuat.”
Kericuhan yang terjadi di depan rumah Luth semakin hebat. Keheningan malam seketika berubah bising. Para tamu itu pun bangkit meninggalkan rumah Luth, dan mereka berseru memberitahukan identitas asli mereka. Nabi Luth tertegun begitu mengetahui para tamu itu adalah malaikat utusan Allah. Tiba-tiba pintu terbelah. Jibril bangkit dan menunjuk dengan cepat ke arah orang-orang itu sehingga mereka kehilangan mata.
Mereka pun berjalan serampangan tanpa arah. Saling bertubrukan satu sama lain. Para malaikat lalu menyampaikan kepada Nabi Luth perintah Allah swt. Untuk membawa keluarganya, kecuali istrinya, keluar kota di waktu Subuh. Istri yang dimaksud adalah istri kedua Nabi Luth yang ia nikahi setelah istri pertamanya meninggal dunia di sodom. Thahir Ibn ‘Asyur menduga istri keduanya ini berasal dari penduduk negeri Sodom.
Dari istri pertama, Nabi Luth dikaruniai dua orang putri yang kemudian menikah dengan penduduk setempat. Keduanya mengikuti kehendak suami mereka yang malam itu enggan keluar dari negeri Sodom. Sedang dari istri kedua, ia dikaruniai dua orang putri yang masih perawan dan ikut keluar bersama ayahnya menjelang azab tiba.
Setelah itu tujuh kota Sodom dihancurkan dalam satu waktu. Jibril mengangkat semuanya ke langit kemudian membalikkan ketujuh kota itu dan menumpahkan kembali ke bumi. Setelah semua bangunan dan makhluk hidup di dalamnya hancur, langit menghujani mereka dengan batu-batu sijjil. Yaitu batu bercampur tanah atau tanah bercampur air yang membeku dan mengeras. Batu-batu yang dipersiapkan secara khusus untuk menyiksa kaum Nabi Luth itu meluncur deras bertubi-tubi bagaikan air hujan. Maka tidak ada seorang pun yang selamat dari azab Allah di waktu Subuh itu.
Sumber: http://islamandstory.blogspot.co.id/2014/10/azab-kaum-gay-dan-lesbian-kisah-nabi.html?m=1
0 Komentar